Skip to content

3 Jenis Pemeriksaan yang Disarankan Saat Konsumsi Lisinopril

lisinoprilo.com adalah obat yang umum diresepkan untuk mengatasi tekanan darah tinggi (hipertensi) dan gagal jantung. Obat ini bekerja dengan cara menghambat enzim pengubah angiotensin (ACE inhibitor), sehingga membantu melebarkan pembuluh darah dan mengurangi beban kerja jantung.

Meskipun efektif, konsumsi lisinopril perlu diawasi secara berkala karena dapat menimbulkan efek samping yang serius jika tidak dikontrol dengan baik. Untuk memastikan efektivitas pengobatan dan meminimalkan risiko, ada beberapa jenis pemeriksaan yang disarankan secara rutin bagi pasien yang mengonsumsi lisinopril. Berikut tiga pemeriksaan penting yang perlu diperhatikan:


1. Pemeriksaan Tekanan Darah Secara Rutin

Tujuan utama penggunaan lisinopril adalah untuk menurunkan tekanan darah dan menjaga kestabilannya. Oleh karena itu, pemantauan tekanan darah secara rutin sangat penting. Idealnya, tekanan darah diperiksa setiap hari pada jam yang sama, terutama pada awal penggunaan obat atau setelah perubahan dosis.

Mengapa penting?
Lisinopril bisa menyebabkan tekanan darah turun terlalu rendah (hipotensi), terutama pada awal pengobatan atau ketika dikombinasikan dengan obat lain. Hipotensi dapat menyebabkan pusing, kelelahan, bahkan pingsan. Dengan pemantauan teratur, dokter bisa menyesuaikan dosis jika tekanan darah turun atau naik di luar batas normal.

Tips pemantauan:
Gunakan alat pengukur tekanan darah digital di rumah. Catat hasilnya setiap hari dan tunjukkan ke dokter saat kontrol. Jangan lupa untuk duduk tenang setidaknya 5 menit sebelum pengukuran agar hasilnya akurat.


2. Pemeriksaan Fungsi Ginjal

Lisinopril dapat memengaruhi fungsi ginjal, terutama jika pasien memiliki riwayat penyakit ginjal sebelumnya atau mengonsumsi obat lain yang juga berdampak pada ginjal. Oleh karena itu, tes darah dan urine untuk memantau kesehatan ginjal sangat disarankan secara berkala.

Tes yang biasanya dilakukan meliputi:

  • Serum kreatinin: Mengukur kadar kreatinin dalam darah sebagai indikator fungsi ginjal.
  • Laju filtrasi glomerulus (eGFR): Menunjukkan seberapa baik ginjal menyaring darah.
  • Urinalisis: Mendeteksi adanya protein atau darah dalam urine.

Mengapa penting?
Fungsi ginjal yang menurun bisa membuat tubuh tidak mampu membuang sisa metabolisme obat secara efektif. Selain itu, lisinopril sendiri bisa memperburuk kerusakan ginjal jika tidak dikontrol dengan baik.

Kapan diperiksa?
Biasanya, pemeriksaan fungsi ginjal dilakukan sebelum mulai konsumsi lisinopril, lalu diulang dalam beberapa minggu pertama, dan kemudian setiap beberapa bulan tergantung kondisi pasien.


3. Pemeriksaan Kadar Kalium (Elektrolit)

Salah satu efek samping lisinopril adalah meningkatnya kadar kalium dalam darah (hiperkalemia). Kalium yang terlalu tinggi dapat memengaruhi fungsi jantung dan menyebabkan gejala seperti detak jantung tidak teratur, kelemahan otot, atau bahkan henti jantung dalam kasus yang parah.

Tes yang dilakukan:

  • Tes darah elektrolit untuk mengukur kadar kalium secara spesifik.

Mengapa penting?
Karena lisinopril menurunkan ekskresi kalium oleh ginjal, kadar kalium bisa meningkat tanpa disadari. Pasien yang juga mengonsumsi suplemen kalium atau diuretik hemat kalium memiliki risiko lebih tinggi mengalami hiperkalemia.

Kapan diperiksa?
Biasanya dilakukan bersamaan dengan pemeriksaan fungsi ginjal, terutama pada awal terapi atau ketika ada gejala yang mencurigakan.

Penggunaan lisinopril harus disertai dengan pemantauan medis yang cermat. Tiga pemeriksaan utama—tekanan darah, fungsi ginjal, dan kadar kalium—merupakan langkah penting untuk memastikan bahwa pengobatan aman dan efektif. Jangan lupa untuk selalu berkonsultasi dengan dokter sebelum melakukan perubahan dosis atau bila mengalami gejala yang tidak biasa selama pengobatan.